Postingan kali ini saya belajar memahami makna syariat agama bagi kehidupan, khususnya kehidupan saya sendiri. Ternyata syariat memang tidak harus dipahami secara literal. Tidak harus dimengerti secara harfiah. Justru kitalah yang dituntut untuk terus belajar agar bisa memahami makna yang ada di balik yang tampak. Kemudian diamalkan untuk kehidupan nyata. Pengamalan syariat itu dimaksudkan agar kita sebagai manusia dapat hidup dengan budi pekerti yang baik. Karena itu, dalam beragama seseorang harus secara terus-menerus meningkatkan kualitas akhlaknya (budi pekerti). Yang semula seorang muslim, harus meningkat menjadi seorang mukmin, dan akhirnya menjadi mukhlisin.
Syariat dimaksudkan untuk membangun kepribadian seorang muslim. Karena itu, orang yang mengamalkan syariat itu harus bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, dengan meninggalkan apa-apa yang telah dilarang Tuhan. Sudah jelas bahwa pengamalan nyata yang pertama dari syariat adalah meninggalkan larangan Tuhan. Berbagai bentuk syariat yang ada dalam rukun Islam sebenarnya bertujuan untuk mendisiplinkan diri. Untuk kesehatan jasmani dan rohani dari orang yang melaksanakan rukun Islam. Tapi, tidak hanya itu saja. Ada tujuan yang harus ditindaklanjuti, yaitu meninggalkan larangan Tuhan.
Apakah larangan Tuhan itu? Larangan Tuhan itu adalah semua perbuatan dan tindakan yang merugikan atau mendzalimi orang lain atau diri sendiri. Di antaranya korupsi, menganiaya orang lain, membunuh, mabuk-mabukan (termasuk mengkonsumsi narkoba), menipu, serakah, dan lain-lain.
Kedua, melaksanakan kebajikan atau perbuatan mulia. Antara lain saling menolong, bertetangga dengan baik, mengentasakan kemiskinan dan kebodohan, menciptakan lapangan kerja, dan masih banyak perbuatan baik yang lain. Termasuk juga berbakti pada orang tua dan guru. Nah, jika kearifan dalam hidup ini sudah menjadi bagian dari pelaksanaan syariat agama, maka selanjutnya kita tinggal meningkatkan keimanan dan ketakwaan hidup ini. Meningkatkan keikhlasan dan semangat hidup yang benar. Tanpa adanya wujud pengamalan yang nyata dalam kehidupan, syariat hanya akan menjadi formalitas saja. (Dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar