Kisah Peradaban Mesir Kuno
Mesir merupakan salah satu pusat peradaban tertua di dunia yang terletak di ujung Benua Afrika bagian utara. Peradaban Mesir tumbuh dan berkembang di sekitar aliran Sungai Nil yang membentang sepanjang 6.671 km. Orang-orang Mesir diperkirakan telah menempati wilayah tersebut sejak 6.000 tahun sebelum Masehi. Di tempat yang subur inilah nenek moyang bangsa Mesir membangun daerah-daerah pemukiman dan memanfaatkan daerah yang subur tersebut sebagai lahan pertanian. Kesuburan tersebut telah menciptakan kemakmuran penduduk. Selain itu, Mesir secara geografis memiliki perlindungan alam berupa gurun. Gurun Nubia dan Gurun Sahara menjadikan Mesir terlindungi dari ancaman serangan bangsa asing.
Sistem Pemerintahan
Pada awalnya, Mesir kuno terdiri atas desa-desa kecil yang sudah berdiri sendiri, mempunyai peraturan, memiliki sistem pemerintahan sendiri, yang kemudian berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil tersebut saling berperang untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi. Akhirnya, kurang lebih pada tahun 3.400 sebelum Masehi (SM) berkembang dua kerajaan saja, yaitu Kerajaan Mesir Utara dan Kerajaan Mesir selatan. Pada tahun 3.100 SM, Menes, seorang raja yang menguasai Kerajaan Mesir Utara berhasil mempersatukan dua kerajaan tersebut dan membentuk pemerintahan nasional pertama di Mesir.
Menes mendirikan ibukota kerajaannya di Memphis. Raja Menes adalah raja pertama yang mengawali berdirinya dinasti yang disebut Firaun (Pharaoh). Firaun adalah orang yang sangat penting dalam Mesir kuno. Seorang Firaun memiliki kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat dan berlaku untuk seluruh rakyat. Rakyat menyembah Firaun bagaikan menyembah dewa, karena Firaun dianggap sebagai keturunan Dewa Ra (dewa matahari).
Sistem Kepercayaan
Bangsa Mesir kuno mempercayai banyak dewa (polytheisme). Kepercayaan masyarakat Mesir kuno yang paling menonjol adalah kepercayaan terhadap matahari sebagai salah satu kekuatan dewa yang luar biasa. Oleh sebab itu, masyarakat Mesir kuno percaya akan dewa matahari yang bernama Dewa Ra. akhirnya, Dewa Ra diyakini sebagai dewa tertinggi yang dapat mempengaruhi semua aspek alam dan kehidupan manusia. Selain Dewa Ra, masyarakat Mesir kuno juga menyembah dewa-dewa lain, seperti Dewi Osiris yang telah memberikan berkah kesuburan, Dewa Isis sebagai dewa penjaga Sungai Nil, Dewa Anubis sebagai dewa kematian, Dewa Seth sebagai dewa kegelapan, serta Dewa Apis sebagai dewa kekuatan yang menitis kepada hewan seperti kucing, sapi, buaya dan burung belibis.
Di setiap desa dan kota, masyarakat biasanya memiliki dewa utama yang berbeda-beda. Misalnya, masyarakat Kota Thebe memuja dan menyembah Dewa Amun sebagai dewa utamanya. Kemudian Dewa Amun tersebut berkembang menjadi Dewa Amun-Ra. Perwujudan dari semua kepercayaan bangsa Mesir Kuno adalah Mumi. Mumi atau mayat yang diawetkan ini wujud dari kepercayaan masyarakat Mesir kuno terhadap kehidupan setelah mati. Mumi raja disimpan dalam piramid, sedangkan mumi rakyat biasa disimpan dalam gua karang.
Peninggalan Budaya
Piramid
Sphinx
Obelisk
Huruf Hieroglif
- Aksara. Masyarakat Mesir kuno sudah mempunyai kemampuan mencatatkan pengetahuan dan pengalamannya melalui tulisan. tulisan yang dikembangkan oleh masyarakat Mesir kuno adalah huruh Hieroglif yang berbentuk tulisan gambar (piktograf). Mereka mencatatkan tradisi, gagasan dan temuannya melalui tulisan hieroglif dengan memahatkannya di dinding-dinding makam Firaun. Di samping itu, mereka juga menggunakan alat tulis dari batang papyrus yang banyak tumbuh di sekitar Sungai Nil. Dengan teknik yang baik, batang papyrus tersebut diolah menjadi lebaran-lembaran yang bisa digulung dan untuk tintanya menggunakan campuran getah sayur.
- Arsitektur. Peninggalan Mesir kuno dalam bidang arsitektur adalah bangunan-bangunan megah yang berkaitan dengan aspek keagamaan dan ambisi Firaun dalam memiliki bangunan-bangunan yang indah dan megah. Antara lain Sphinx, Piramid dan Obelisk.
- Sistem Penanggalan. Masyarakat Mesir kuno telah memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ilmu perbintangan (Astronomi). Ilmu ini mulanya dipahami dan dipergunakan dalam kehidupan agraris bangsa Mesir. Kemudian, ilmu ini berkembang dan akhirnya digunakan untuk membuat penanggalan atau kalender. Dalam kalender Mesir kuno, sudah ada 12 bulan, tiap bulan dibagi menjadi 30 hari, dan dalam satu masa ditambah 5 hari, sehingga jumlah hari dalam satu tahun menjadi 365 hari. Sistem penanggalan ini juga sudah mengenal tahun kabisat seperti yang kita kenal sekarang.
Itulah tadi sepenggal dari kisah kebudayaan Mesir kuno. Semoga dapat menambah wawasan para pembaca sekalian.
(Sumber : dirangkum dari berbagai sumber)
Thanks yah , ngebantu banget